Isu ‘Dinasti Politik’ Warnai Pilkada 2020 di Kepri dan Daerah Lain

Dinasti politik
Ilustrasi dinasti politi. (Istimewa)

Batamline.com, Batam – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 ini semakin hangat diperbincangkan di tengah masyarakat.

Untuk di Provinsi Kepri sendiri, telah muncul beberapa sosok yang maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.

Read More

Begitu juga untuk kabupaten dan kota di Kepri, sosok yang akan maju dalam Pilkada mulai bermunculan.

Namun ada hal unik yang bisa dilihat. Munculnya isu ‘dinasti politik’ atau political dinasty sangat hangat diperbincangkan. Tidak hanya Kepri dan Batam, tapi juga merambah ke pusat sana.

Kebebasan untuk mencalonkan diri, menjadi momok tersendiri saat Pilkada di Indonesia. Kondisi ini menggambarkan kekuasaan tersebut menjadi turun temurun. Baik dari ayah ke anak, atau suami dengan istri.

Seperti diketahui, ada tiga calon yang akan berlaga untuk Pilkada Kepri. Ini berbeda dari Pilkada sebelumnya yang hanya dua calon.

Salah satu calon adalah Ansar Ahmad, yang akan didampingi Marlin Agustina Rudi, istri dari Walikota Batam, H M Rudi.

Baca juga: Gagal Jambret, Yuda Babak Belur Diamuk Massa

Ansar Ahmad sendiri sebelumnya pernah menjadi Bupati Bintan. Saat berlaga ke bangku nomor 1 Kepri, kini giliran anaknya yang juga maju sebagai calon Bupati Bintan.

Begitu juga denga Marlin yang maju menjadi calon orang nomor 2 di Kepri, suaminya tetap bertahan untuk berlaga menjadi orang nomor 1 di Batam.

Baca juga: Dijambret di Batuaji, Siswi SMA ini Nekat Kejar Pelaku

Jika dilihat ke daerah lain di luar Kepri, anak Presiden RI dan Wakil Presiden RI juga ikut mencalonkan diri di Pilkada kali ini.

Seperti diketahui, anak Presiden RI maju dalam Pilkada Solo. Sedangkan anak Wakil Presiden RI bakal maju di Pilkada Medan.

Tumbuh Subur

Sistem pilkada yang tidak melarang anak ikut pemilihan saat ayahnya berkuasa untuk maju, atau istri ikut berbarengan dengan suami di daerah meski beda tingkatan membuat dinasti politik tumbuh subur.

Kondisi seakan membuat seleksi pemimpin menjadi terbatas karena anak para penguasa dan istri dari suami yang berkuasa ikut andil. Sehingga bisa memanfaatkan kekuasaan yang digenggam keluarganya.

Baca juga: Dua Calon Gub Kepri Sudah Tentukan Pasangan, Isdianto Masih ‘Meminang’ Suryani

Dilansir dari penapolitik.com, Mahasiswa Universitas Batam (Uniba) Adi Saputra berpendapat, dinasti politik yang melingkupi perebutan kekuasaan di level lokal hingga nasional mengakibatkan substansi demokrasi sulit diwujudkan.

“Kasus di Kepri, suami istri sama-sama maju, Pak Rudi maju di Pilwakot Batam sementara istrinya maju di Pilgub Kepri. Ada juga Ansar, anaknya maju di Pilbup Bintan. Ansar sendiri turun di Pilgub Kepri. Ini kan patut dipertanyakan, apa tidak ada orang lagi di Kepri ini yang bisa maju?” ujarnya kepada media di kawasan Batam Center, belum lama ini.

Dengan menggemanya isu dinasti politi, kaderisasi kepemimpinan menjadi terbatas. Hanya keluarga yang kuasa, yang punya akses, yang punya uang yang bisa maju. Ujungnya jabatan seperti diwariskan kepada anak istri.

“Kesannya kita seperti kembali ke jaman dinasti. Jabatan itu seperti turun temurun,” imbuhnya.

Meski demikian, pelaksaan pilkada tetap harus berjalan, dan para calon harus membuktikan kemampuannya untuk memimpin jika terpilih nanti. Sehingga pro dan kontra di kalangan masyarakat tidak menilai bahwa seseorang itu naik karena adanya keluarga yang berkuasa.

Editor: Uncu

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *